![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNOpFkSTibvwxjwu3c4HO-nhqFL8WfzauJoLNu8Rhq_UZ471IvvN7JyAwJeLX0gUL13oqR_8oGt1Rt7ZXWLelGl2puANNdUXYnWWIPYcfJlmR9TeQopr8YLstEwLazCOkcKAZq/s320/honda+grand.jpg)
Motor bebek bututku yang sangat dekil itu, akhirnya mendapatkan kesejukan. Setelah hampir kurang lebih sebulan tidak pernah merasakan sentuhan air bersih dan sabun. Air hujan yang hanya mengguyurnya beberapa kali pada bulan lalu, menambah marak motif lumpur yang menghiasi. “Makasih ya Mbak, sebentar kembaliannya,” kata seorang lelaki muda ketika menerima lembaran sepuluhan ribu dari tanganku. Ku timpali sambil melangkah menghampiri bebek bututku, “Biarin aja kembaliannya, Mas. “Terimakasih banyak,” imbuhku.
Dari tempat penyucian motor, kupacu bebek bututku menuju kamar mungil pondokanku di belahan lain kota ini.
Semakin jauh senja kutinggalkan di belakang. Semakin pekat warna abu-abu di langit. Senja yang seharusnya jingga keemasan, tertutup oleh mendung yang suram menakutkan. Seakan berlomba dengan menghitamnya langit, kupercepat laju motorku. Dalam hati kupanjatkan asa kepada a;am, agar tidak mencurahkan airnya sekarang hingga aku dan motor bututku yang baru saja ku cuci sampai tujuan.
0 comments:
Post a Comment
komen!