Konon biar tidak melecehkan agama, alasannya.
Berubahlah menjadi Waria, yang merupakan kependekan dari WAnita pRIA, dalam bahasa Inggrisnya 'she male'.
Teringat pada masa kecilku. Aku dibesarkan di sebuah desa kecil di daerah Pantai Utara Jawa Tengah. Daerah PANTURA terkenal dengan kefanatikan akan agama Islamnya, sehingga tak heran bila banyak pondok pesantren didaerah kami.
Dan kami menjadi bagian dari mereka walaupun keluarga kecil kami memeluk agama Kristen dan kebetulan juga kami tinggal di pemukiman China.
YA BENAR! Pecinan, begitulah orang menyebutnya.
Teringat pada sosok lelaki yang tinggal tak jauh dari rumah kami, yang dipanggil mbak. Ibuku bilang bahwa Mbak Keman, nama lelaki (yang juga perempuan) tersebut, adalah dulunya pemain ludruk keliling. Dan beliau sempat hidup dengan seorang lelaki tetangganya. Dan lelaki yang dulu menjadi pacarnya tersebut, sekarang sudah menikah dengan seorang perempuan yang juga masih tetangga dengan mereka. Dan hingga detik ini, rumah mereka masih berdampingan.
Romantis memang ketika dibilang bahwa kami hidup rukun berdampingan dengan saling menghormati tanpa mencampuri urusan orang lain selama tak membuat masalah, walaupun kami berbeda keyakinan.
Tapi memori seperti itulah yang lekat dengan jelas dalam pikiranku. Tak pernah ada memori tentang sepasang kekasih yang diarak bugil karena ketahuan sedang bermesraan atau kumpul kebo (istilah yang bagiku sangat aneh untuk menyebut sepasang manusia yang tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan).
Kembali ke cerita tentang Mbak Keman. Mungkin kalau dia mempunyai kesempatan dan uang, pasti sudah mengubah tubuhnya. Namun dia tak seberuntung itu. Tak seberuntung transgender yang menjadi objek photo, seorang photographer terkenal yang pamerannya sempat kulihat di sebuah kota besar.
![]() |
it's the real beauty and the beast |
0 comments:
Post a Comment
komen!