Malem-malem
begini kok ya ndilalah dapat sego kuning a.k.a nasi kuning.
Gretongan
pulak!
Di luar
gerimis kecil-kecil, dan Ibu pulang dari kebaktian keluarga.
Tak
disangka dan tak diduga kok ya mbawa oleh-oleh sekotak nasi kuning maknyus ini.
Lha yang ini baru namanya benar-benar Berkah Dalem! Iya
to?
Wujud nyata dari anugrah yang kuasa secara langsung.
Pokoke “Leker kos, sonder ongkos”, ungkapan yang saya
kutip dari ibu saya, berarti enak, tanpa ongkos.
Mungkin
mendengar “nasi kuning” sudah biasa, tidak ada istimewanya bagi sebagian besar
orang, namun bukan buat saya (untuk kali ini) Karena sebenarnya, saya bukanlah
penggemar berat nasi kuning. Dan kok ya ujug-ujug alias tiba-tiba, terpana dengan wujud dari nasi kuning yang satu ini. Karena nasi kuning yang satu ini, bener-bener menjadi sesuatu buat saya.
Bukan
karena gratisan lho ya...
Tapi
karena pernak-pernik lauk di atasnya yang hampir menutupi permukaan nasi
berwarna kuning tersebut. Tumben-tumbenan setelah sekian lama, tidak menjumpai
nasi kuning yang begitu istimewanya.
Karena
biasanya nasi kuning yang saya temui di tanah rantau hanya berhiaskan serundeng
sepo (waduh saya tidak bisa menemukan istilah ini dalam bahasa endonesa) yang
bercampur kacang goreng, telur dadar yang dirajang, mie goreng, kering tempe
dan sambel.
Sekarang perhatikan baik-baik deh, nasi kuning yang satu ini,
nasi kuning "berkahegustiyesus", kata saya.
Nasi berwarna kuning cerah nan cantik, sangat kontras dengan
sepotong daun pisang untuk alas lauk-pauk.
Telur masak pindang berwarna coklat muda, sangat serasi dengan
opor ayam yang disuwir-suwir, yang diletakkan agak diatasnya. Kemudian
serundeng kelapa manis, nyempil sak pethuthuk dibelakang ayam suwir.
Sedangkan pada sisi lainnya terlihat sambel goreng
ati-ampela-udang dengan rajangan lembut lombok merah, bersebelahan dengan
kering tahu. Kering yang terbuat dari tahu (tanpa tempe, saudaranya) yang
dirajang korek api.
Untuk rasanya?
Hmmmm…
Memang benar seperti yang terlihat.
Makan yuk!
0 comments:
Post a Comment
komen!