percakapan kami sore itu

Dengan cekatan jari jemarimu memotong jeruk nipis itu,
"Siapin garamnya donk, Beib!" Serumu.
"Kok motong jeruknya kayak di warung soto?" Ujarku. "My love, kita kan minum tequila, bukan makan soto..."
Bukan kalimat yang kamu lontarkan, melainkan cengiran yang memamerkan gigi miringmu, hasil dari upacara potong gigi yang gak sukses tempo lalu.
"Sorry love, lupa. He he he...
"Kalo motong kayak gini kan, jadinya diperesin ke mulut, bukan digigit..." timpalku.

Kepala serasa melayang ringan, ketika sloki ketiga menghampiri bibirku. Untaian-untaian kata yang keluar dari bibir penuhmu serasa bergelombang di telingaku. Samar-samar terdengar suara lelaki aneh yang menghuni pondokan sebelah.
"Beib, phone sex tiap hari tuh orang..."
"Siapa? Tetangga sebelah maksud kamu?"
"Iyalah, siapa lagi..."
"Yah namanya pacar jauh, gimana lagi cara bercintanya, kalo gak phone sex?" Ujarmu. "Kita juga gitu kan? Bikin bengkak pengeluaran."
"he he he he... betul juga ya..."

Obrolan demi obrolan mengalir seiring dengan makin peningnya kepala. Tercetus tiba-tiba dari mulutmu,
"Gimana ya, kalo tiba-tiba pecalang datang?"
"Waduh!" ujarku. "Males banget sich, lagi enak gini ngomongin mereka. Jadi dendam nich gara-gara mereka ambil KTPku. Untuk apa ya mereka simpan KTPku, beib?"
"Untuk bahan masturbasi Klian Adatnya kali... he he he he..." jawabmu tanpa dosa.
"Ditempel di dinding kamar mandi ya? Kayak kalian dulu menempeli dinding kamar mandi kost dengan gambar-gambar perempuan sexy."
"Iya betul... kurang lebih seperti itulah."
"Sialan... semurah itukah diriku? ha ha ha ha..."
Lagi-lagi kamu tergelak membayangkan hal-hal bodoh. Hal yang sering kali hanya imaginasi kami berdua. Ketika kami menghabiskan sore dengan bersloki-sloki alkohol. Dan selalu di akhiri dengan...

"Beib, I love you..."
"I love you too, my love."
"Masuk yuk... Ngantuk..."
"Ngantuk?" tanyaku.
"Iya ngantuk..." jawabmu sambil tak henti-hentinya menciumiku...

aaaaaaarrrrrrrggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhh