2009-02-05

sepucuk surat dari rindu

Sayang...
Apa kabarmu di sana? Bagaimana keadaanmu? Apakah pilek yang selalu menghampirimu setiap pagi masih bersamamu? Sepanjang apa rambutmu sekarang? Masihkah ikal-ikal itu mengganggu muka halusmu?

Sayang...
Bagaimana tanaman di halaman rumah mungil kita? Masihkah kau sirami dan taburi dengan pupuk? Apakah kebun buah di belakang sudah berbuah? Bagaimana bunga-bunga di bawah jendela kamar kita? Apakah mereka sudah berbunga?

Sayang...
Rinduku di sini bagai batu gunung yang besar menindih dadaku. Sesak yang kurasa ini bagaikan penyakit yang tak tersembuhkan. Waktu telah berubah menjadi raksasa kejam yang menghujami tubuh ini untuk kembali tak berdaya.

Sayang...
Rindukah kau pada usapan tanganku pada wajahmu? Rindukah kau kecupan lembut pada bibirmu? Rindukah kau pada malam-malam dimana kita selalu arungi bersama?

Sayang...
Kutak lagi kuasa menanggung beban ini sendiri. Ingin ku kembali dalam dekapanmu seperti malam-malam sebelumnya.

Sayang...
Tunggulah aku di rumah mungil kita dengan bergunung-gunung rindumu. Simpanlah gumpalan-gumpalan cintamu untuk menyambut ketakberdayaanku dalam menanggung rindu yang tak terperi ini...



0 comments:

Post a Comment

komen!